Seorang mantan anggota Badan Intelijen Negara (BIN) menilai literasi keamanan nasional menjadi kebutuhan penting di tengah perkembangan teknologi digital yang semakin pesat. Ia menyampaikan bahwa perubahan pola ancaman menuntut pemahaman masyarakat yang lebih luas terhadap isu-isu strategis nasional.
Dalam keterangannya kepada media, mantan anggota BIN tersebut menjelaskan bahwa ancaman terhadap negara tidak lagi selalu berbentuk fisik atau militer. Menurutnya, perkembangan teknologi informasi telah membuka ruang baru bagi munculnya ancaman non-militer, seperti penyebaran disinformasi, manipulasi opini publik, serta gangguan stabilitas sosial melalui media digital.
Ia mengatakan bahwa masyarakat memegang peran penting dalam menjaga ketahanan nasional. Dengan literasi digital yang baik, publik dapat memilah informasi secara kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh narasi yang berpotensi memecah belah persatuan.
“Keamanan nasional saat ini bukan hanya tugas aparat negara. Masyarakat juga memiliki peran strategis, terutama dalam menghadapi arus informasi yang sangat cepat,” ujarnya seperti dikutip dari podcast Speak Up Abraham Samad.
Mantan anggota BIN tersebut menambahkan bahwa edukasi publik mengenai keamanan informasi perlu dilakukan secara berkelanjutan. Ia menilai kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan media massa dapat memperkuat kesadaran kolektif mengenai pentingnya menjaga stabilitas nasional.
Ia juga menekankan bahwa keterbukaan informasi harus diimbangi dengan tanggung jawab. Menurutnya, kebebasan berekspresi tetap perlu dijaga, namun harus disertai dengan pemahaman dampak dari setiap informasi yang disebarkan.
Pernyataan tersebut disampaikan sebagai bagian dari pandangan pribadi berdasarkan pengalaman profesionalnya di bidang intelijen. Ia berharap masyarakat dapat lebih aktif berperan dalam menciptakan ruang digital yang sehat, aman, dan mendukung persatuan bangsa.
Adapatasi : Podcast Speak Up
Editor : Rdj
Tayang : 19/12/2025













